I’m Home, Love

Masih sangat jelas dalam ingatan saya tanggal 17 Januari 2014 ketika malam itu saya mendapat SK mutasi. Semalaman saya tidak bisa tidur, istri saya sedang hamil 8 bulan mengandung anak pertama kami, elka. Semua rencana dan harapan kami buyar seketika. Empat tahun lamanya kami menunggu kehadiran anak pertama kami dan berharap setelah elka lahir saya bisa setiap hari bermain dengannya, lelahnya bekerja seharian akan hilang ketika disambut elka sesampainya di rumah.

Baca juga : Cerita Kami tentang Elka

Waktu saya 1 bulan untuk membereskan pekerjaan saya di kantor lama, dan noto ati karena akan berpisah dengan anak istri. Saya di Jakarta, Istri saya di Cikampek. Meskipun jarak Cikampek-Jakarta tidak jauh, tapi tidak memungkinkan bagi saya waktu itu untuk pulang setiap hari.

Tiga bulan setelah saya mutasi Ibu Mertua saya meninggal dunia sehingga Bapak Mertua saya tinggal sendirian di Gunungkidul. Sejak saat itu kami mulai membuka obrolan bagaimana jika Istri saya dan elka pulang kampung untuk mengurus Bapak yang sudah berusia 70 tahun lebih. Butuh waktu cukup lama memantapkan hati untuk pulang karena kami akan berpisah semakin jauh. Akhirnya kami sepakat untuk boyongan bulan Juni 2015. Sejak saat itu saya pulang ke Gunungkidul setiap dua minggu sekali.

Tahun 2014 menjadi saksi bahwa dalam kondisi terburuk, kami masih bisa survive. Demotivasi di kantor dan keuangan keluarga yang hampir bangkrut karena bertambahnya biaya transportasi, kos, dan biaya hidup saya di Jakarta menjadi perpaduan yang sempurna. Alhamdulillah kami dapat melalui tahun 2014 dan masih bisa tersenyum sampai hari ini.

Kami mulai menata hidup kami kembali di tahun 2015.

I’m Coming Home

Keputusan saya untuk keluar dari Bea Cukai di tahun 2020 ini telah kami pertimbangkan sejak lama.

Ketika keluarga saya pulang kampung tahun 2015, saya mengajukan permohonan pindah tugas ke Jogja. Ini adalah pertama kalinya saya minta pindah ke homebase setelah bekerja di BC 10 tahun. Namun sampai akhir 2015 SK mutasi saya tak kunjung terbit. Di tahun itulah saya menuliskan tekad saya, “Saya akan pulang, dengan atau tanpa UP9”. Di kantor kami, kode surat untuk SK mutasi ditandai dengan kode UP9.

Dalam kondisi demotivasi itu saya bersyukur memiliki atasan dan teman-teman 410 Brotherhood yang bisa menjadi teman sambat saya. Meskipun di kantor kerjaan saya sambat terus, Insyaallah untuk urusan kerjaan saya tetap profesional, salah satu buktinya adalah Piagam Penghargaan Pegawai Berprestasi dari Direktur Jenderal Bea Cukai pada tahun 2017.

Sekitar bulan April 2016 saya bertemu Bapak IHY, kami pernah satu kantor waktu di Purwakarta tahun 2011. Singkat cerita, bulan Juli 2016 saya akhirnya ditarik oleh beliau untuk ikut mengurus BMN. Di satu sisi saya bahagia bisa bekerja di bidang yang saya sukai, di sisi lain ada kesedihan karena belum bisa serumah dengan keluarga. Tapi paling tidak saya menemukan kembali semangat saya setelah 2,5 tahun sebelumnya saya demotivasi.

Pada akhir 2019 saya coba peruntungan lagi untuk mengajukan pindah tugas ke BC Jogja setelah 3,5 tahun ngurusi BMN. Ini adalah kali kedua saya mengajukan mutasi, masa kerja saya 14 tahun. Harapan saya cukup besar setelah melihat beberapa teman seangkatan yang berhasil pindah ke homebase. Namun awal 2020 saya malah dapat promosi ke Bali. Saya tak pernah punya niatan untuk mengejar jabatan, saya jadi staf sampai pensiunpun tak masalah yang penting saya bisa serumah dengan anak istri.

Apabila promosi ini diberikan sebagai reward atas kinerja saya selama mengurus BMN, demi Allah saya bekerja baik tidak untuk mengejar jabatan. Saya bekerja semampu saya karena menurut saya begitulah seharusnya saya bekerja, profesional. Orang lain boleh menilai saya tidak loyal, susah diatur, keras kepala, tapi pantang bagi saya kalau sampai ada penilaian bahwa saya tidak bekerja dengan profesional. Saya telah buktikan di periode 2014-2016, ketika saya demotivasi saya tetap bekerja dengan baik.

Mutasi saya ke Bali membuat saya demotivasi, saya sudah bekerja 14 tahun, tak pernah menuntut jabatan, saya hanya ingin mendapat kesempatan untuk berkumpul dengan anak istri saya setelah 6 tahun lebih tak pernah merasakan tinggal serumah. Sementara itu ada pegawai lain yang baru bekerja beberapa tahun, belum menikah, tak ada kepentingan yang membuatnya harus pulang, mendapatkan mutasi ke homebase.

Pola mutasi yang tak berpola inilah yang akhirnya membuat saya cemas akan masa depan saya. Banyak pertanyaan di benak saya yang tidak berhasil saya jawab karena saya tak punya kuasa untuk menentukan nasib saya. “Berapa lama saya akan tugas di Bali?”, “Setelah ini apakah saya bisa pindah ke Jogja?”, “Kalau saya berhasil pindah ke Jogja, disana akan berapa lama?”. No one knows.

Di satu sisi saya sadar diri bahwa hal ini adalah konsekuensi atas sebuah pernyataan setelah lulus pendidikan di STAN “Saya bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Republik Indonesia”.

Setelah beberapa bulan di Bali akhirnya saya putuskan untuk mencari jalan lain agar saya bisa serumah dengan anak istri. Saya tak bisa lagi menunggu, tak ada lagi yang ditunggu. Jika saya tetap bertahan di BC saya tidak tahu kapan bisa berkumpul dengan keluarga.

Pindah dari Kemenkeu ke Pemda Gunungkidul

Salah satu trigger saya pindah ke Pemda Gunungkidul adalah kebijakan minus growth di Kemenkeu dan rencana penempatan lulusan STAN di pemerintah daerah.

Saya kemudian mencari informasi mengenai prosedur mutasi dari kementerian ke pemerintah daerah. Berdasarkan Perban BKN nomor 5 tahun 2019 secara prinsip prosesnya sederhana yaitu Bupati meminta persetujuan mutasi kepada Menteri, Menteri memberikan persetujuan, dan BKN menerbitkan SK mutasi. Prosesnya kelihatanya sederhana, namun saat itu saya benar-benar tidak punya bayangan.

Sejak beberapa tahun sebelumnya saya juga telah mendapatkan informasi tentang adanya pegawai Kemenkeu yang pindah ke pemda, salah satu yang berhasil saya kontak adalah Mas H yang pindah ke Pemkot Surakarta. Saya juga berkomunikasi dengan teman saya yang berhasil mutasi antar pemda. Dari beberapa orang yang saya tanya tersebut dapat saya simpulkan bahwa saya harus dapat kepastian bahwa pemda mau menerima saya sebelum proses internal instansi saya.

Pada suatu siang saya menghadap atasan saya di Bali. Saya minta ijin untuk diberikan kesempatan mencoba pindah instansi ke Pemda Gunungkidul. Alhamdulillah atasan saya mengijinkan dengan catatan apabila usaha ini tidak berhasil, maka saya harus tetap bekerja dengan baik di Bea Cukai. Gentlement’s Agreement.

Pada pertengahan Juli 2020 saya bersurat kepada Bupati Gunungkidul perihal permohonan mutasi dari Kemenkeu ke Pemda Gunungkidul. Saya mengambil sudut pandang bahwa saya akan melamar pekerjaan, jadi saya lampirkan CV yang cukup detail, berbagai macam sertifikat diklat, piagam penghargaan yang pernah saya dapatkan, surat pernyataan tidak menuntut jabatan, surat pernyataan bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Gunungkidul, dsb.

Kali ini saya tidak menaruh harapan yang tinggi, saya sama sekali tak punya kendali, saya tidak tahu apakah surat saya akan dibaca dan dipertimbangkan, atau hanya akan ditumpuk dan dilupakan. Bagi saya ini adalah sebuah Mission Impossible. Bagaimana tidak? Pindah ke BC Jogja saja saya tidak berhasil padahal itu internal BC. Terus sekarang saya mencoba pindah instansi yang prosesnya akan melibatkan banyak pihak, mulai dari Bupati, BKD, KPPBC, Kanwil DJBC, Kantor Pusat DJBC, Biro SDM Kemenkeu, Inspektorat Jenderal Kemenkeu, dan BKN.

Let it flow…

Pada akhir Juli 2020 ada telepon masuk dari nomor tak dikenal. Saya tak pernah mengangkat telepon yang nomornya belum ada di phonebook saya. Namun kali ini beda, nomor itu menelpon saya berkali-kali. Akhirnya telepon itu saya angkat, betapa terkejutnya saya ketika beliau memperkenalkan diri dari BKD Kabupaten Gunungkidul. Beliau mengonfirmasi surat yang saya kirimkan ke Bupati Gunungkidul kemudian menanyakan beberapa hal terkait surat saya tersebut. Sungguh ini di luar ekspektasi saya. Di akhir pembicaraan saya ucapkan banyak-banyak terima kasih. Saya masih belum berani menanyakan apakah permohonan saya disetujui atau tidak. Kalaupun permohonan saya tidak dikabulkan, saya sudah sangat bersyukur surat saya dibaca. Itu saja. Saya pasrah.

Saya dihubungi kembali oleh BKD Gunungkidul awal Agustus 2020, Beliau memberitahukan bahwa ada surat yang harus disampaikan kepada Menteri Keuangan. Betapa terkejutnya saya ketika membacanya, surat itu berisi permintaan mutasi pegawai atas nama saya dari Bupati Gunungkidul kepada Menteri Keuangan. Sesuatu yang saya kira akan menjadi Mission Impossible, kini ada titik terang.

Langkah selanjutnya yang saya lakukan adalah mengajukan permohonan mutasi kepada atasan saya. Alhamdulillah atasan saya Bapak Agus Budi Priono dan Bapak Himawan Indarjono berkenan menyetujui. Permohonan mutasi saya kemudian diteruskan ke Kepala Kanwil DJBC Bali, NTB, dan NTT dan Sekretaris DJBC. Saya bersyukur proses di internal DJBC dan Kemenkeu berjalan sangat cepat dan tanpa kendala.

Surat persetujuan mutasi dari Menteri Keuangan terbit awal September 2020. Di Kemenkeu persuratan sudah tidak menggunakan hardcopy, jadi saya hanya dikirimi softcopy surat dengan digital signature. Semua berkas dari Kemenkeu dan Kantor Pusat DJBC saya cetak semua kemudian saya kirimkan kepada Bupati Gunungkidul sebagai dasar usulan mutasi kepada Badan Kepagawaian Negara.

Pada saat itu rasanya lega sekali, proses mutasi saya tinggal beberapa langkah lagi.

Berkas usulan mutasi dari Bupati Gunungkidul ke BKN selesai pertengahan Oktober 2020. Dokumen tersebut baru saya antar ke BKN Kanreg I Yogyakarta tanggal 26 Oktober 2020. Betapa terkejutnya saya ketika SK mutasi dari Kemenkeu ke Pemda Gunungkidul terbit di hari yang sama.

Alhamdulillah.. Puji syukur kami ucapkan atas berkah yang luar biasa ini.

Kami yakin ini adalah berkah kami merawat orang tua kami. Andai saja kami tidak pulang kampung tahun 2015, mungkin ceritanya akan lain. Atau barangkali jika saya tahun 2019 bisa pindah ke Bea Cukai Jogja, barangkali tidak pernah terpikirkan untuk pindah ke Pemda Gunungkidul.

Pada akhirnya saya mensyukuri semua proses yang telah saya lalui, mulai dari saya pindah ke Direktorat Audit, Ibu Mertua meninggal dunia, keluarga boyongan ke Gunungkidul, hingga saya mendapatkan promosi jabatan ke Bali. Sungguh sebaik-baiknya rencana adalah rencana Allah SWT.

Terima kasih Bea Cukai Ngurah Rai, saya bangga pernah menjadi bagian dari sebuah Kantor Bea Cukai terbaik.

Saya sempat diwawancarai oleh Mas Iswandi Banna (Channel Youtube Inspiratalk.id). Beliau saat ini sedang menempuh kuliah S3 di Canberra, Australia. Saya haturkan terima kasih kepada Mas Iswandi yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk berbagi cerita. Berikut videonya :

Sampai jumpa.

One response

  1. Sehat selalu untuk Pak Wahid Hasan dan keluarga, such an inspiring story dan sangat relate dengan saya walaupun tahapnya agak berbeda karena masih proses awal yaitu penempatan, saya kesini karena tau dari ig story pak rsu. Terima kasih telah memberikan sudut pandang yang menurut saya ini “jauh di masa depan”, sehingga bisa menguatkan dan tentunya memberikan semangat bagi saya. Terima kasih, Pak.

Leave a Reply