Sejak pertama kali menempati rumah kontrakan ini 2,5 tahun yang lalu, sebenarnya pompa airnya sudah tidak sehat, tapi sakitnya juga gak parah-parah amat. Kalau mau menyalakan harus dicungkil dulu pakai obeng agar mau berputar. Setelah pompa air menyala, air mengalir dengan lancar.. Sampai akhirnya seminggu yang lalu saya berpikir, “Apa iya saya akan terus menerus seperti ini, tiap mau menyalakan pompa air harus mencungkil kipasnya dulu”.
Lebih menyedihkan lagi waktu mertua saya sedang ke rumah saya, saat saya dan istri saya bekerja air di toren habis. Ibu saya mencoba menyalakan pompa air, namun cuma nggereng saja. Tak ada tanda-tanda pompa air berputar, tak ada air mengalir, dan menyerah.
Andai saja posisi pompa air tersebut mudah dijangkau, mungkin mertua saya bisa saja mencungkil kipasnya. Masalahnya adalah letak pompa air tersebut adalah di atas closet, di dalam kamar mandi, tinggi, kira-kira 0,5 meter dari plafon, saya saja yang tingginya 168 cm harus jinjit untuk memutar kipas pompa air dengan obeng. Kalau istri saya biasanya pakai dingklik karena tingginya tidak lebih tinggi dari saya.
Saya sampai saat ini kadang masih bingung dengan letak beberapa alat dan saklar di rumah kontrakan saya. Misalnya saklar kamar mandi ada di ruang tengah, terus saklar lampu dapur ada di dalam kamar belakang, dan yang paling antik adalah posisi pompa air yang ditaruh di atas kloset, kebayang gak gimana rasanya kejatuhan pompa air saat jongkok di closet? Dan misteri yang belum terkuak adalah dimana letak sumurnya, karena hanya ada pipa keluar dari dinding, namun tidak ada tanda-tanda adanya sumur galian maupun sumur bor. Misteri biarlah tetap misteri yang penting air mengalir.
Nah, oleh sebab itu akhirnya hari rabu tanggal 30 Oktober 2013 kemarin saya putuskan untuk mengganti pompa air dengan pompa air baru. Kok gak diservis saja? Begini, pompa air tersebut letaknya tinggi, saya tidak tahu pompa air tersebut merknya apa, mau liat detailnya saya tidak punya tangga. Akhirnya saya suudzon sama pompa tersebut dengan dasar analisis yang agak absurd, pertama pompa tersebut suaranya berisik banget, pasti dalemnya udah pada oblak, terus kalau mau nyalain pake dicungkil, pasti laher atau apanya ada yang bikin seret. Kesimpulan : kalau diservis habis banyak dan tidak ada jaminan bakal awet, udah gitu lihat harga pompa air di internet kok murah, sekitar 300 ribuan.
Sebelum membeli pompa air, saya sudah konsultasi dengan om saya yang distributor pompa air di Boyolali. Beliau menyarankan Sanyo, Wasser, atau Shimizu. Sialnya di toko langganan saya adanya hanya merk Shimizu, akhirnya saya pilih Shimizu, harga Rp345.000. Saya minta tolong cleaning servise di kantor untuk memasang di rumah saya. Dan well done.. suaranya halus, udah gak pake cungkil mencungkil.. nice pokoknya.
Seminggu kemudian, seperti biasa setiap bangun tidur saya menyalakan pompa air untuk memenuhi toren. Pompa air baru beberap menit menyala tiba-tiba bunyi “cccciiiiiiiittttt”. Pikir saya “Apa-apaan ini pompa air baru seminggu kok sudah rusak”. Sampai kantor saya bilang ke CS kantor yang dulu masang, kata dia mungkin ada kerikil masuk ke pompa. Ya ya.. masuk akal. Sore harinya CS tersebut memperbaiki pompa air saya, dan katanya memang ada kerikil yang nyangkut. Dan pompa air kembali normal.
Hari sabtu kemarin pompa air baru tersebut buat ulah lagi, tiap mau ngisi toren harus mancing dulu. Dan hari minggu ini, sepagian sudah 2 kali mancing, habis sudah kesabaran saya..
Tanpa ba bi bu, pompa air yang lama, merk SANYO, saya bawa ke tukang service pompa air. Jreng.. ganti seal, klep, dan kapasitor, total Rp75.000, termasuk biaya pasang di rumah. Pokoknya pompa yang lama akan saya pasang lagi saja. Pompa yang baru mungkin akan saya jual saja..
Pukul 15.30 saya masih menunggu tukang service pompa air datang ke rumah. Katanya akan datang jam 16.00. Semoga saja setelah ini pompa air saya tidak bermasalah lagi karena sudah ditangani oleh AHLI POMPA AIR.
Leave a Reply