Niat Baik Saja Tidak Cukup

Tulisan ini sebenarnya tidak akan bercerita tentang hal-hal yang berat, ini bercerita tentang niat baik yang akhirnya malah tidak baik. Ada di sekitar kita. Niatnya sih baik, ingin memberi semangat, tapi mungkin karena salah waktu akhirnya malah jadi ada yang tersinggung. Niatnya sih baik, ingin berempati, tapi malah ujung-ujungnya menyakiti hati.

Pada tulisan saya yang dulu, saya pernah bercerita bagaimana seseorang yang niatnya baik, bertanya pada kawannya, “Hai, apa kabar, gimana kok belum punya momongan?”. Namun sayangnya kawannnya ini sudah 5 tahun menikah dan belum dikaruniai momongan, terus ada yang nyinggung-nyinggung soal momongan. Ya mungkin di hadapan kawan yang menanyakan kabar ini ia tetap menebar senyum, namun bisa jadi di belakang menggerutu ngapain sih nanya-nanya soal momongan?.

Lain lagi cerita di grup WA, ada kawan yang setiap hari rajin mem-posting informasi yang menurutnya bagus. Namun sayangnya ia tidak konfirmasi terlebih dahulu informasi yang akan ia forward. Hingga suatu ia share informasi kesehatan di grup WA, lalu di grup itu ada juga kawannya yang langsung percaya tanpa mencari tahu kebenaran informasi itu. Dan akhirnya sesuatu yang buruk terjadi.

Niatnya sih baik, tapi jika waktunya tidak tepat, cara menyampaikannya tidak baik, dan informasi yang dibagi tidak diverifikasi dahulu kebenarannya, BERBAHAYA.

Kadang niat baik yang tidak ada tindak lanjut bisa sama buruknya dengan niat baik yang ditindaklanjuti dengan cara yang salah. Ehem,, kok kata-kata saya belibet gini ya.

Risiko paling ringan menurut saya adalah jadi gunjingan orang. Misalnya kita keseringan forward pesan yang gak jelas di grup WA, kawan-kawan kita mungkin tipe orang yang tidak mudah percaya dengan informasi dari internet, jadi mereka cenderung hati-hati. Namun, beberapa dari mereka ngrasani, “ngapain sih info gak relevan gituan dishare di grup”, atau mungkin mereka mbatin “wah kok ya ngeshare foto miring gitu ya, mbok ya di-crop sama rotate dulu biar lebih enak dilihat”.

Mungkin di grup WA teman-teman ada yang modelnya seperti itu, share informasi untuk sekedar menutup kewajiban “chat bicaralah yang baik, atau lebih baik diam”. Ia tak ingin diam, ia punya semangat yang bergelora untuk senantiasa membagikan hal-hal yang baik kepada kawan-kawannya, namun tidak selalu dengan cara yang luwes dan baik.

So, kalau kita sudah memiliki niat yang baik, tuntaskan pada waktu dan tempat yang tepat, tuntaskan dengan cara yang baik dan tidak menimbulkan kegaduhan, tuntaskan tanpa harus membuat orang lain tampak lebih buruk, tuntaskan tanpa menyakiti orang lain. Karena niat baik saja tidak cukup.

 

 

Leave a Reply