Pada akhirnya kita akan mengingat bukan pada kata-kata musuh kita, melainkan pada keheningan kawan-kawan kita
(Martin Luther King Jr)
Bulan Februari 2014 menjadi bulan paling membahagiakan sekaligus menyedihkan bagi saya, dan tahun 2014 menjadi tahun paling berat bagi saya. Setelah menikah 4 tahun lebih, akhirnya kami dipercaya Gusti Allah untuk memiliki elka, namun satu minggu setelah elka lahir saya harus berangkat ke Jakarta. Saya berangkat ke Jakarta penuh dendam!
Lalu tibalah saya di sebuah ruangan bernomor “410”. Ruangan ini cukup luas sehingga muat untuk 21 orang yang nasibnya tak beda jauh dengan saya. Saya menjadi merasa bersyukur ketika saya sadar bahwa saya bukan orang paling sial di dunia. Saya berusaha untuk meyakinkan diri saya bahwa Jakarta-Cikampek itu dekat, Jakarta-Jogja itu dekat. Ada teman saya yang berpisah lebih jauh dengan keluarganya, butuh uang lebih banyak untuk bisa bertemu keluarganya. Namun, dendam ini tetap saja membara.
Saya mulai terbiasa berangkat jam 5 pagi dari Cikampek, mulai terbiasa terjebak macet di Tol, mulai terbiasa dengan keadaan waktu itu. Pada bulan Juni 2015 ritme saya berubah, yang tadinya Jakarta-Cikampek menjadi Jakarta-Jogja hingga sekarang. Dan saya tetap berusaha meyakinkan diri saya bahwa Jakarta-Jogja itu dekat.
Ruang 410 menjadi rumah kedua bagi saya karena disanalah saya merasakan kehangatan, saya merasa punya keluarga. Disana kami saling berbagi cerita dan berbagi kebahagiaan. Banyak hal-hal berkesan selama menjadi penghuni 410 yang bisa jadi tidak akan saya temukan di tempat lain. Bahkan waktu saya akan pindah dari Audit, istri saya sempat bertanya, “Yakin mau ninggalin 410?”. Saya akan tetap pindah dari Audit, tapi saya tak akan keluar dari 410.
Bulan April datang membawa kabar gembira, sebagian besar teman-teman saya pindah sesuai harapan meskipun ada beberapa yang tetap tinggal. Namun kabar gembira tak datang sendirian, ia membawa teman, namanya perpisahan. Tanggal 21 April kemarin adalah hari terakhir di Jakarta untuk teman-teman yang akan pindah, antara lain: Mbah Wir (Semarang), Mas Danang (Semarang), Mas Lukman (Jatim), Mas Andry (Jatim), Nizar (Tangerang), Betrik (Tangerang), Virgi (Semarang). Semua akan [p]indah pada waktunya.
Old Friends, Good Friends
Jika kelak kita tidak lagi hidup di ruangan 410, maka akan ada satu kebahagiaan dan satu kesedihan di hati saya. Kebahagiaan saya adalah pernah “tinggal” bersama teman-teman yang luar biasa di ruang 410. Tinggal? Ya, bagi saya 410 tidak sekedar tempat bekerja, namun juga menjadi tempat tinggal. Teman-teman 410-lah yang membuat 3 tahun ini terasa lebih hidup dan berwarna. Maka tidak berlebihan kiranya jika saya menyebut 410 adalah rumah. Dan satu-satunya kesedihan adalah saya akan berpisah dengan teman-teman 410.
Selamat bertugas di tempat yang baru, sampai jumpa di lain waktu..
I Made Putra Wirawan – Ruslieyadi – Sapto Wibowo – Ades Primadinata – Andry Susanto – Lukman Romadhoni – Wiratno – Danang Rasyid Saputra – Elton Milanosari Bangun – Bosker Edward Hutabarat – Nanda Ageng Ramadhan – Zaki Zulkarnain – Betrik Hutahaean – Reza Arqam – Ananda Ferdinan – Wahid Hasan – Eko Prihantono Ady Putra – Virgiantoro Rochani Utomo – Thomas Anung Anindito – Gunawan Adi Suprayitno
Leave a Reply