Candi Sambisari, Ditemukan setelah Terkubur Material Vulkanik 960 Tahun

Candi Sambisari, Sleman

CANDI SAMBISARI terletak di Purwomartani, Kabupaten Sleman terbilang unik karena berada 6,5 meter di bawah permukaan tanah. Selain itu memiliki arca Lingga-Yoni (kelamin) di bilik utamanya dan ditemukan pada tahun 1966 atau terkubur material vulkanik akibat erupsi Gunung Merapi pada Tahun 1006.

Awalnya, Sambisari ditemukan oleh petani setempat Karyoinangun secara tidak sengaja pada tahun 1966. Saat itu, mata cangkulnya membentur benda keras berupa batu yang terpendam di dalam tanah. Akhirnya diketahui bebatuan itu adalah reruntuhan candi.

Petugas tiket dan informasi Candi Sambisari, Basuki menjelaskan Balai Arkeologi Yogyakarta lalu melakukan penelitian dan penggelian. Hasilnya terdapat situs candi dan dinyatakan sebagai daerah Suaka Budaya.

“Proses selanjutnya penyusunan kembali reruntuhan menjadi Kompleks Candi utuh dan pada tahun 1987 dimulai rekonstruksi ulang termasuk pemugaran. Karena letaknya 6,5 meter di bawah tanah, maka disebut Candi Sambisari,” ujarnya kepada KRjogja.com, Minggu (8/1/2012).

Sementara itu berdasarkan penelitian geologis, candi setinggi 6 meter terbenam material vulkanik erupsi Gunung Merapi tahun 1006. Candi Sambisari merupakan candi hindu abad 10 dan dianun oleh Raja dinasti Sanjaya karena memiliki arca Shiwa atau Bhatara Guru dalam pewayangan Jawa, menepati bilik utamanya.

Candi Sambisari merupakan Candi Hindu beraliran Syiwaistis dari abad ke X. Saat penggalian kompleks candi Sambisari juga ditemukan benda bersejarah lainnya. Misalnya perhiasan, tembikar, prasasti lempengan emas. Dari situ diperoleh prakiraan, bahwa Candi Sambisari
dibangun tahun 812-838 M, saat Kerajaan Mataram Hindu atau Mataram Kuno diperintah Raja Rakai Garung dari Dinasti Syailendra.

Basuki menjelaskan candi terdiri embat bangunan yang dibattasi tembok mengelilinginya dengan total luas 50 x 48 meter. Bangunan candi utama yang terbesar memiliki ketinggian 7,5 meter dan berbentuk bujur sangkar yang berukuran 15,65 x 13,65m pada bagian bawah candinya. Pintu masuk ke dalam kompleks candi berada pada keempat sisi bujur sangkar dengan menuruni tangga.

Keunikan yang lain, candi ini tidak memiliki pilar penyangga, sehingga bagian dasarnya sekaligus berfungsi sebagai pilar penyangga candi. Di bagian ini terdapat selasar yang mengelilingi badan candi, dan memiliki 12 anak tangga. Pada bagian luar badan candi terdapat relung-relung untuk menaruh arca.

Yang masih ada kini adalah arca Durga di sebelah utara, Ganesha di sisi timur, dan arca Agastya di bagian selatan. Dua relung lain yang ada di kanan dan kiri pintu, untuk patung dewa penjaga pintu, yaitu Mahakala dan Nadisywara. Sayang kedua patung itu sudah tidak ada di tempatnya lagi. Sementara patung lingga dan yoni terdapat pada bilik di dalam badan candi tersebut.

“Tiket masuk menikmati karya agung leluhur ini, yakni Rp. 2000 untuk dewasa, dan Rp. 1000 untuk anak-anak,” tandasnya. (Denny Hermawan)

Sumber : http://krjogja.com

2 responses

  1. Saya malah belum pernah kesana. :)) padahal orang jogja.

    1. kuwi candine cedhak kampusku biyen pik.. biyen nek jalan2 nganti tekan kono..

Leave a Reply