Saya itu sebenernya belum terlalu berniat untuk beli komputer tablet. Lalu, pas lagi buka-buka toko online, eh ada ZTE Light, harganya cuma 2,5 jt. Harganya jauh lebih murah dibandingkan Samsung Galaxy Tab. Wajar, karena memang spesifikasinya jauh di bawah Galaxy Tab.
Lalu, akhirnya saya membandingan dengan Huawei Ideos 107. Entah kenapa waktu itu saya tidak berpikir untuk membandingan dengan Huawei Ideos 201. Kalau saja saya membandingan dengan Huawei Ideos 201, mungkin saya pilih itu. Tapi gimana lagi wong ZTE Light ini sudah di tangan.
Kesan Pertama
Menurut saya desainnya cukup bagus, cover belakang yang polos mungkin terispirasi iPad. bukankah semua tablet terinspirasi oleh iPad?. Begitu saya nyalakan, loadingnya lumayan cepat. Saya pada awalnya hanya bermasalah dengan touchscreennya, tapi mungkin itu karena driji saya belum terbiasa dengan touchscreen. Toh sekarang jari saya sudah mulai nyaman dengan ini. Alhamdulillah..
Android Froyo
Saya pertama kali menggunaan Android, dan ternyata saya menyukainya. Interfacenya cakep, loading cepat, dan yang paling menyenangkan adalah Market Android. Apa saja yang saya install? Tentu saja wordpress, posterous, lightbox (aplikasi mirip dengan instagram), qiblat compas, dsb. Dan saya masih terkesan kok ada orang yang bikin aplikasi seperti Tagihan Listrik, Tagihan Telkom, Lacak Paket. Itu aplikasi yang saya pakai.
Satu lagi fasilitas Android adalah tethering, yaitu kita bisa membuat wifi hotspot dengan sangat mudah.
Kekurangan ZTE
Kalau dari sisi Android, saya rasa saya belum menemukan kekurangan. Namun kalau ZTE nya, ada 2 kekurangan, yaitu internal memory yang kecil dan layar yang masih resistive. Karena memorynya kecil, maka saya harus melakuan rooting agar setiap aplikasi yang diinstall langsung masuk ke sd card.
Demikian sedikit cerita saya tentang ZTE light dan Android.
Leave a Reply