“Persahabatan adalah sebuah undangan untuk berbagi suka dan duka”
Beberapa waktu yang lalu salah seorang sahabat saya akan menikah. Tentu saja ini menjadi kabar gembira buat saya, Ia akan berkeluarga, mempunyai istri, lengkaplah kebahagiaannya. Lantas beberapa hari sebelum acara tersebut, saya tanya beberapa teman yang mungkin mau njagong bareng ke tempat teman saya itu.
Alangkah terkejutnya saya ketika saya menanyai teman saya apakah ia akan ke pernikahan Serena (nama disamarkan), dan jawabannya “Tidak”. Sebenarnya yang membuat saya terkejut bukan karena ia mengatakan tidak, namun karena alasanya. “Saya gak dateng, karena undangannya hanya lewat facebook”. Wow, jadi kalau ngundang dia harus pakai undangan yang dicetak ya? Menurut saya, kedekatan hubungan adalah persoalannya. Hubungan saya dan Serena bisa dibilang dekat, kami biasa runtang-runtung kesana kemari, pinjam ini, pinjam itu, no problem. Jadi menurut saya, kalau teman saya itu tidak mau datang ke pernikahan Serena, ya tidak apa-apa, cuma kok alasannya gara-gara undangannya hanya lewat facebook, mbok ya bikin alasan yang lebih lucu lagi gitu. Maaf kalau saya ber-suudzon, kalaupun ia diundang dengan undangan dengan tulisan dari tinta emas, saya yakin ia juga tidak akan datang.
Lain cerita dengan teman saya yang satunya, ketika saya tanya apakah akan datang ke pernikahan Serena? Jawabnya “Loh saya gak dapat undangannya, gak ada undangan juga di facebook, tapi Insyaallah saya akan datang”. Subhanallah.
Saya jadi ingat sahabat-sahabat saya dari Jakarta yang datang ke pernikahan saya bulan Desember 2009 yang lalu. Jakarta-Gunungkidul bukan jarak yang dekat kawan, butuh satu malam perjalanan untuk sampai di Jogja, dari Jogja masih lanjut lagi sekitar 1,5 jam untuk sampai di rumah saya. Dan waktu itu saya tidak membuat undangan cetak untuk sahabat-sahabat saya. Waktu itu saya hanya berbicara di depan kelas, menyampaikan bahwa saya akan menikah tanggal 12 Desember 2009, dan saya mengundang secara lisan sahabat-sahabat saya. Saya tidak mencetak undangan karena memang keluarga ingin menyelenggarakan resepsi yang sederhana. Saya tidak terlalu berharap sahabat-sahabat saya akan datang karena jarak Jakarta-Jogja memang jauh, selain itu waktu itu kami libur semester, saya pikir mereka akan pulang kampung. Tak apalah mereka tidak bisa hadir, yang penting do’a. Namun, alangkah terkejutnya saya ketika sekitar 10 sahabat saya hadir di pernikahan saya. Jika bukan karena persahabatan, mereka tak akan melakukan itu semua. Persahabatan itu memang ajaib.
Bagi saya, cukuplah persahabatan ini menjadi undangannya. Tidak perlu undangan resmi, dicetak dengan tinta emas, dengan desain yang mewah.
Bagi saya, persahabatan adalah sebuah undangan untuk berbagi kebahagiaan dan kesedihan.
Leave a Reply