Mengunjungi Museum di Yogyakarta – Berwisata Sambil Belajar Sejarah (1)

Yogyakarta adalah kota yang mempunyai sejarah panjang sejak berdirinya Republik Indonesia, maka tepat sekali jika Anda bermaksud untuk berkunjung ke Yogyakarta untuk berwisata sambil belajar sejarah Indonesia. Nah, salah tujuan wisata yang bisa menjadi sarana belajar adalah Museum. Selain mengunjungi pantai-pantai indah di Yogyakarta dan Gunungkidul, berbelanja di Malioboro, dan berkunjung ke candi Prambanan, jangan lupa mengunjungi museum-museum yang ada di Jogja. Berdasarkan pencarian yang saya lakukan, ada 30 Museum di Yogyakarta yang tersebar di 4 Kabupaten (Sleman, Bantul, Gunungkidul, Kulonprogo) dan 1 Kota Madya Yogyakarta. Nah, berikut adalah daftar 30 Museum di Yogyakarta. Sepertinya tidak akan cukup waktu sehari untuk mengunjungi semua museum-museum ini.
1. Museum Sonobudoyo, museum negeri provinsi, Unit I di Jl. Trikora , Alun-alun Lor Keraton Yogyakarta dan Unit II di Dalem Condrokiranan, Jl. Wijilan, Kota Yogyakarta.
Museum Sonobudoyo
Museum Sonobudoyo adalah museum sejarah dan kebudayaan Jawa termasuk bangunan arsitektur klasik Jawa. Museum ini menyimpan koleksi mengenai budaya dan sejarah Jawa yang dianggap paling lengkap setelah Museum Nasional Republik Indonesia di Jakarta. Selain keramik pada zaman Neolitik dan patung perunggu dari abad ke-8, museum ini juga menyimpan beberapa macam bentuk wayang kulit, berbagai senjata kuno (termasuk keris), dan topeng Jawa. Museum yang terletak di bagian utara Alun-alon Lor dari kraton Yogyakarta itu pada malam hari juga menampilkan pertunjukkan wayang kulit dalam bentuk penampilan aslinya (dengan menggunakan bahasa Jawa diiringi dengan musik gamelan Jawa). Pertunjukan wayang kulit ini disajikan secara ringkas dari jam 8:00-10:00 malam pada hari kerja untuk para turis asing maupun turis domestik.
2. Museum Affandi, Jalan Solo 167 Yogyakarta.
Museum AffandiMuseum Affandi adalah museum yang menyimpan hasil karya pelukis legendaris Affandi. Lebih dari 300 buah lukisannya disimpan di dalam museum ini yang terdiri dari 3 galeri dan sebuah rumah yang dahulu dipakai sebagai tempat tinggal pelukis ini. Rumah ini mempunyai atap berbentuk daun pisang, dan terdiri dari dua lantai dengan lantai atas sebagai kamar pribadi Affandi yang bernuansa artistik. Selain 300 karya lukisan Affandi sendiri, dalam museum ini juga tersimpam lebih dari 700 lukisan dari para pelukis Indonesia terkenal lainnya, seperti: Basuki Abdullah, Popo Iskandar, Hendra, Rusli, Fajar Sidik, dan lain-lain.
3. Museum Wayang “Kekayon”, Jalan Wonosari Km 7, Yogyakarta.
Museum Wayang KekayonMuseum Wayang Kekayon adalah museum mengenai wayang yang ada di kota Yogyakarta, tepatnya di Jl. Raya Yogya-Wonosari Km. 7, kurang lebih 1 km dari Ring Road Timur. Museum yang didirikan pada tahun 1990 ini memiliki koleksi berbagai wayang dan topeng serta menampilkan sejarah wayang yang diperkenalkan mulai dari abad ke-6 sampai abad ke-20. Wayang-wayang di dalam museum ini terbuat baik dari kulit, kayu, kain, maupun kertas. Museum ini mempunyai beberapa jenis wayang, seperti: wayang Purwa, wayang Madya (menceritakan era pasca perang Baratayuda), wayang Thengul, wayang Klithik (mengisahkan Damarwulan dan Minakjinggo), wayang beber, wayang Gedhog (cerita Dewi Candrakirana), wayang Suluh (mengenai sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia), dan lain lain. Berkaitan dengan wayang Purwa, museum ini memiliki beberapa poster yang menggambarkan strategi perang yang dipakai dalam perang Baratayuda antara keluarga Pandawa dan Kurawa, yaitu: strategi Sapit Urang dan strategi Gajah.
4. Museum Ullen Sentalu, Jl Boyong, Pakem, Sleman.
Museum Ullen Sentalu adalah museum yang menampilkan budaya dan kehidupan putri / wanita Keraton Yogyakarta beserta koleksi bermacam-macam batik (baik gaya Yogyakarta maupun Solo). Museum ini juga menampilkan tokoh raja-raja (Sultan) di keraton Yogyakarta beserta permaisurinya dengan berbagai macam pakaian yang dikenakan sehari-harinya. Nama Ullen Sentalu merupakan singkatan dari bahasa Jawa: “ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku” yang artinya adalah “Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”. Filsafah ini diambil dari sebuah lampu minyak yang dipergunakan dalam pertunjukkan wayang kulit (blencong) yang merupakan cahaya yang selalu bergerak untuk mengarahkan dan menerangi perjalanan hidup kita. Di Museum Ullen Sentalu, dapat diketahui bagaimana para leluhur Jawa membuat batik yang memiliki arti dan makna yang mendalam di dalam setiap coraknya. Ada juga berbagai sejarah mengenai keadaan budaya Jawa kuno dengan segala aturannya. Keadaan museum yang dibangun dengan baik, mampu membuat pengunjung seperti terserap ke masa Jawa kuno yang mengagumkan.
5. Museum Pusat TNI AU “Dirgantara Mandala” di Lanud Adisucipto.
Museum TNI AU memiliki lebih dari 10.000 koleksi komponen alutsista dan 40 pesawat terbang dari negara barat sampai timur, serta terdapat koleksi berupa diorama-diorama, foto-foto, lukisan-lukisan, tanda-tanda kehormatan, dan lain-lain yang disusun dan ditata berdasar kronologi peristiwa. Koleksi pesawat antara lain : Pesawat WEL RI X yang merupakan produksi pertama bangsa Indonesia yang dibuat pada tahun 1948 oleh Biro Rencana dan Konstruksi, Seksi Percobaan Pembuatan Pesawat Terbang, Magetan, Madiun, dibawah pimpinan Opsir Udara III (Kapten) Wiweko Supomo. Pesawat ini memakai mesin Harley Davidson 2 Silinder model tahun 1928.
6. Museum Seni Lukis Kontemporer Nyoman Gunarsa di Jl. Wulung, Papringan, Depok, Sleman.
Museum ini diresmikan pada tanggal 31 Maret 1987. koleksi museum berupa lukisan pribadi Nyoman Gunarsa yang dikumpulkan dari berbagai pelukis yang mampu untuk mewakili waktu dari karya lukis itu dibuat. Koleksi yang terkumpul kurang lebih 500 karya lukis.
7. Museum Benteng Vredeburg di Jl. Ahmad Yani.
Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengan lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berrhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I kelak) adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri raja-raja Jawa waktu itu. Nama Perjanjian Giyanti, karena traktat tersebut disepakati di Desa Giyanti, suatu desa yang terletak di dekat Surakarta.
Pada tanggal 9 Agustus 1980 dengan persetujuan Sri Sultan HB IX Benteng Vredeburg dijadikan sebagai Pusat Informasi dan Pengembangan Budaya Nusantara. Pada tanggal 16 April 1985 dilakukan pemugaran untuk dijadikan museum perjuangan. Museum ini dibuka untuk umum pada tahun 1987. Tanggal 23 November 1992 Benteng Vredeburg resmi menjadi museum perjuangan nasional dengan nama “Museum Benteng Vredeburg. Karena telah difungsikan sebagai museum modern, Benteng Vredeburg memiliki koleksi lengkap meliputi koleksi bangunan, koleksi realia, koleksi foto termasuk miniatur dan replika serta koleksi lukisan. Selain itu terdapat pula empat ruang diorama sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
8. Museum/Monumen Pahlawan Pancasila, Kentungan, Condongcatur, Sleman.
Monumen ini barangkali tidak terkenal seperti yang lain, hal ini karena monumen ini bukan kawasan wisata yang dikomersialkan. Monumen Pahlawan Pancasila ini hanya sebagai tonggak peringatan untuk memperingati peristiwa revolusi 1965.
9. Museum Keraton Ngayogyakarta dan Museum Kereta di dalam kraton Yogyakarta.
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas.
10. Museum Sandi, Gedung Museum Perjuangan Yogyakarta (Lantai I), Yogyakarta.
Museum Sandi merupakan museum khusus yang menampilkan berbagai jenis koleksi persandian bersejarah, yang berlokasi di dalam bangunan Museum Perjuangan Yogyakarta. Secara fisik, bangunan Museum Perjuangan berbentuk bulat, dengan garis tengah 30 m dan tinggi bangunan 17 m yang terdiri dari dua lantai. Koleksi Museum Sandi menempati areal lantai dasar bangunan, sedangkan lantai teratas bangunan untuk koleksi Museum Perjuangan Yogyakarta.
11. Museum Puro Pakualaman di Jl Sultan Agung, Yogyakarta.
Museum yang memamerkan segala hal yang berhubungan dengan sejarah puro. Salah satu yang disimpan di dalam museum adalah “Perjanjian Politik” dengan penguasa Inggris dan Belanda yang menandai terbentuknya Kadipaten Pakualaman. Ada juga atribut-atribut raja, seperti Payung Tlacap, yang melambangkan raja atau penguasa besar, dan rebab atau biola, melambangkan awal dan akhir kehidupan.
12. Museum Batik Yogyakarta di Jl. Dr. Sutomo, Yogyakarta.
Museum ini menyimpan lebih dari 1.200 koleksi perbatikan yang terdiri dari 500 lembar kain batik tulis, 560 batik cap, 124 canting (alat pembatik), dan 35 wajan serta bahan pewarna, termasuk malam. Koleksi museum ini terdiri berbagai batik gaya Yogyakarta, Solo, Pekalongan, dan gaya tradisional lainnya dalam bentuk kain panjang, sarung, dan sebagainya. Motifnya kebanyakan berupa motif pesisiran, pinggiran, terang bulan, dan motif esuk-sore. Beberapa koleksinya yang terkenal antara lain: Kain Panjang Soga Jawa (1950-1960), Kain Panjang Soga Ergan Lama (tahun tidak tercatat), Sarung Isen-isen Antik (1880-1890), Sarung Isen-isen Antik (kelengan) (1880-1890) buatan Nyonya Belanda EV. Zeuylen dari Pekalongan, dan Sarung Panjang Soga Jawa (1920-1930) buatan Nyonya Lie Djing Kiem dari Yogyakarta. Semua koleksi yang ada dalam museum ini diperoleh dari keluarga pendiri Museum Batik Yogyakarta. Koleksi tertuanya adalah batik buatan tahun 1840. Sedangkan, ratusan koleksi lainnya adalah hasil karya sendiri pemilik museum diantaranya sulaman gambar Presiden RI pertama Soekarno, mantan Presiden Soeharto, Megawati Soekarnoputri, dan Hamengkubuwono IX. Selain itu ada juga potret wajah pahlawan Imam Bonjol dan Pangeran Diponegoro. Ada pula sulaman wajah Paus Yohanes Paulus II dan Bunda Teresa dari India.
13. Museum Dewantara Kirti Griya di Jl. Taman Siswa 31, Yogyakarta.
Pada mulanya Museum ini adalah kediaman Ki Hajar Dewantara. Berbagai jenis buku yang tersimpan di lemari, meja kursi, tas kerja kuno menjadi saksi sejarah sekaligus bagian penting yang tak terpisahkan dari keseharian seorang pejuang sekaligus tokoh pendidikan nasional ini.
14. Museum Monumen Pangeran Diponegoro “Sasana Wiratama” di Jl. HOS. Cokroaminoto, Tegalrejo, Yogyakarta.
Monumen Pangeran Diponegoro merupakan pahatan relief pada dinding pringgitan dengan panjang 20 meter dan tinggi 4 meter, menceritakan keadaan Desa Tegalrejo yang damai dan tentram, perang Pangeran Diponegoro melawan Pemerintahan Belanda hingga tertangkap di Magelang. Monumen ini dipahat oleh seniman patung Drs. Saptoto dari Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), dibantu Sutopo, Sokodiharjo, dan Askabul. Di kedua sisi monumen terdapat terdapat lukisan diri Pangeran di sebelah barat dan lukisan Pangeran sedang menunggang kuda hitam siap untuk berperang di sebelah timur.
15. Museum Pergerakan Wanita, Kompleks Mandala Bhakti Wanitatama, Jl. Laksda Adisutjipto No. 88, Yogyakarta.
Gedung Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia Mandala Bhakti Wanitatama didirikan dalam rangka memperingati Kongres Perempuan I pada tahun 1928 di Yogyakarta.Gagasan didirikannya monumen yang pertama kali diutarakan oleh Ibu Sri Mangunsarkoro pada Kongres wanita Indonesia tahun 1952 di Bandung. Monumen akan dibangun tidak berwujud tugu, namun berbentuk gedung dengan tujuan dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas kaum wanita yang berperan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam museum itu terdapat lukisan para tokoh wanita, beragam pakain wanita, diorama, alat tulis, dan sebagainya, serta keseluruhan dari koleksi tersebut berjumlah 135 buah yang sudah berusia 49 tahun. Koleksi unggulannya adalah mesin ketik besi yang pernah digunakan oleh Ibu Sri Mangunsarkoro selaklu Ketua Panitia Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia.
referensi : wikipedia.org, museumindonesia.com, jogjaexotic.com  dan berhatinyaman.com

Leave a Reply