Kenapa Harus ke Supermaket?

Tiba-tiba saja terpikirkan oleh saya bagaimana jika dimana-mana berdiri supermaket? Apa jadinya warung-warung kecil yang lebih dulu berdiri?
Di satu sisi memang berdirinya supermaket dan mall sebagai indikasi adanya peluang usaha dan perkembangan ekonomi, namun di sisi lain hal itu menjadi sebuah kekhawatiran bagi usaha-usaha kecil yang telah berdiri sebelumnya? Mungkin saja pasar yang telah mereka kuasai sekonyong-konyong hilang, dan beralih ke Supermaket dan Mall yang biasanya mampu menjual barang dengan harga yang lebih murah. Dan tidak mustahil, suatu saat nanti pasar-pasar tradisionalpun akan tergusur oleh pendirian Supermaket dan Mall. Pertanyaannya?
Bagaimana nasib rakyat kecil yang hidup dari jualan di warung, di pasar atau dengan gerobag dorong?
Kenapa bukan kita yang membantu?
Tentu kebanyakan dari kita lebih senang berbelanja di Supermaket, dengan pilihan yang lebih banyak dan harga yang lebih murah. Sedangkan di warung tetangga kita barangkali lima ratus rupiah atau seribu rupiah lebih mahal. Dan barangnya sedikit, sabun cuma GIV, odol cuma Pepsodent, permen hanya ada Permen Jahe, dsb. Namun, pernahkah kita sadari bahwa uang seratus ribu rupiah kecil sekali nilainya bagi sebuah supermaket. Dengan omset sehari sepuluh juta atau lebih, tentu saja seratus ribu rupiah tidak ada artinya. Dan kalaupun kita tidak berbelanja disana, mereka tidak akan pernah merasa sedih atau merasa ada sesuatu yang kurang. Bandingkan dengan sebuah warung kecil yang omset perharinya hanya seratus ribu rupiah, dengan keuntungan bersih kira-kira dua puluh lima ribu per hari. Tentu saja uang lima ribu rupiah sangat berarti bagi sebuah warung. Artinya, kalau kita berbelanja di Supermaket, kita hanya beruntung dari segi materi.
Bagaimana dengan membeli di warung tetangga. Tentu saja kita tidak perlu membanding-bandingkan harga, sudah pasti lebih mahal. Mereka kulakan sudah dari penyalur kesekian dari produsen, sedangkan Supermaket barangkali langsung dipasok oleh produsen tanpa perantara. Logis kan? Jika kita hanya melihal dari segi materi, jelas pengeluaran untuk belanja kita menjadi lebih besar. Namun, disisi lain apakah kita tidak ikut bahagia ketika tetangga kita bisa hidup layak, menyekolahkan anaknya ke sekolah favorit, dari keuntungan membuka warung yang setiap hari kita belanja disana. Nah, disinilah nilai tambah kita belanja di warung tetangga. Secara lansung atau tidak langsung kita telah meningkatkan kualitas hidup mereka, menumbuhkan kepercayaan sebagai sesama manusia (buktinya kita boleh ngutang, coba kalo di supermaket, mana boleh ngutang?, dan semoga saja Allah membalas dengan anugrah yang lebih indah dari nilai 500 rupiah, 1000 rupiah yang kita ikhlaskan untuk membantu
sesama.
Barangkali selagi masih diberi kesempatan untuk membantu orang lain, BANTULAH !! Mungkin suatu saat nanti ketika kita butuh uluran tangan orang lain, ada orang yang
bersedia mengulurkan tangannya…

Leave a Reply